Senin, 05 November 2012

Askep Deviasi Tidur


Deprivasi tidur adalah periode panjang yang lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran relatif yang periodik dan alami dan secara terus menerus).
A.    Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan tidur meliputi:
1.      Pola tidur
Jam berapa klien masuk kamar untuk tidur dan keteraturan pola tidur klien
2.      Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, gosok gigi dan lain-lain.
3.      Kebiasaan klien untuk tidur siang
4.      Lingkungan tidur klien.
Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?, apakah bising, gelap, atau suhunya dingin?
5.      Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidupnya.
Perawat mempelajari apakah peristiwa yang dialami klien yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur
6.      Status emosi dan mental klien
7.      Perilaku deprivasi tidur
1.      Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopa mata, konjungtiva kemerahan, mata terlihat cekung
2.      Apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap. Kurang konsentrasi, atau terlihat bingung?
3.      Apakah klien tampak lelah dan lesu?
B.     Diagnosa: Deprivasi tidur berhubungan dengan perubahan tahap tidur yang berhubungan dengan proses penuaan, demensia, hipersomnolen sistem saraf pusat idiopatik, mimpi buruk dan paralisis tidur familial
C.     Tujuan/kriteria evaluasi NOC
-          Menunjukkan tidur yang dibuktikan dengan perasaan segar setelah tidur
-          Penurunan gejala deprivasi tidur

D.    Intervensi NIC
-          Manajemen energi
Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi
-          Menejemen medikasi
Memfasilitasi penggunaan obat resep
-          Menejemen alam perasaan
Menciptakan keamanan, kestabilan, pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan seperti depresi
-          Peningkatan tidur
Memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur
E.     Aktivitas keperawatan
-          Ciptakan lingkungan rasa nyaman dan rileks untuk klien dengan mengatur posisi yang nyaman untuk tidur, tempat tidur yang bersih dan rapi dan pada klien nyeri berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidur.
-          Membantu kebiasaan klien sebelum tidur misalnya mendengarkan musik, membaca dan berdoa
-          Anjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein dan hindari banyak minum.
-          Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
-          Ajarkan pada klien dan keluarga tentang faktor yang dapat menggangu tidur
F.      Aktivitas kolaboratif
-          Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan obat tidur yang tidak menekan tidur REM

Daftar pustaka
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien: Jakarta. Salemba Medika
Wilkison, J. ( 2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi NIC. Kritesia Hasil NOC. Ed. 9. Terj. Esti. W: Jakarta. EGC

Senin, 29 Oktober 2012

UTS Kep.Anak

"huuuft" setelah keluar ruangan...gue ngk tw mesti ketawa atau nangis selesai ngerjain soal UTS hari ini (senin 29 Oktober 2012)...berharap pemikiran gue sama dengan pemikiran dosen yg menilai kertas ujian gue hahaa :D

Selasa, 23 Oktober 2012

SNSD

Saya suka SNSD "Girl Generation"....meraka cantik-cantik..pintar ngedance dan lagu-lagunya juga enak di dengar :)...Yang paling saya suka adalah Yoona dan Taeyon <3

Beautifull

Ini juga indah :D

Beautifull

Indah kan....???? (^-^)

Jenis Diet Klien Diare Kronik


Seorang wanita dirawat karena masalah diare kronis 3 bulan terakhir. Dia sering mual dan muntah.Saat ini klien mendapat makanan dari NGT. Tanda-tanda vital saat masuk TD 110/70, HR 84x/Menit, Suhu 37,8C. Dari pengkajian nutrisi diperoleh data Berat badan 35 Kg, Tinggi badan 155cm, Tsf 11mm, MAC 19 cm.
Dari data di atas dapat dianalisa status nutrisi klien
Body Mass Index: BB/TB2 = 35: (1,55x1,55) = 14,57
TSF=11
MAC= 19 cm
MAMC= MAC- ( TSFx3,14)/10
MAMC= 19-(11x3,14)/10
MAMC=15,55
Dari perhitungan status nutrisi di atas, klien mengalami kekurangan nutrisi karena diare akut yang dialaminya. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dapat diberikan asupan makanan yang sesuai dengan kondisi klien. Tujuan terapi nutrisi pada penderita diare kronik  adalah agar pertumbuhan dan perkembangan tetap berlangsung optimal. Nutrisi sedapat mungkin diberikan per oral karena lebih murah, efek samping minimal, dan rehabilitasi mukosa jauh lebih cepat dan sempurna bila diberikan nutrisi intraluminal. Nutrisi yang diberikan harus lengkap, berkualitas tinggi, dan mudah dicerna mengingat adanya  aldigesti/malabsorpsi yang kemungkinan dialami penderita. Makanan yang diberikan sedikit-sedikit tapi sering. Penggantian cairan dan elektrolit merupakan komponen penting dalam penanganan, dan untuk kondisi spesifik dibutuhkan suplementasi spesifik seperti vitamin.
Makanan yang mengandung mikronutrien seperti vitamin A, B12, asam folat, dan seng sangat berguna untuk regenerasi mukosa dan reaksi imunologis.  Seng memegang peran penting untuk melindungi integritas sel membrane dan mungkin berguna untuk melindunginya dari perlukaan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Pada diare kronik kadar seng berkurang dengan bertambah beratnya penyakit sehingga pemberian seng dapat memperbaiki status seng penderita. Suplemen seng juga baik dalam rehabilitasi nutrisi untuk meningkatkan berat badan klien dengan diare kronik. Defisiensi vitamin A juga merupakan faktor risiko berkembangnya diare kronik. Penelitian pada beberapa kasus mendapatkan bahwa pemberian makanan yang mengandung vitamin A dapat mengurangi risiko keparahan diare.
Kebutuhan energy dan protein pada diare kronis berturut-turut sebesar 100kcal/kg/hari dan 2-3 g/kg/hari, sehingga diperlukan asupan makanan yang mengandung energi 1 kcal/g. Diet yang dapat di pakai untuk klien ini seperti diet elemental. Komponen-komponen yang terkandung dalam diet elemental terdiri atas asam amino kristalinatau protein hidrosilat, mono- atau disakarida, dan kombinasi trigliserida rantai panjang atau sedang.
Pemberien nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube) atau nasogastric tube (NGT). Pada kasus klien mendapat makanan melalui NGT. Jadi asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan klien diberikan melalui NGT karena klien selalu merasa mual dan muntah. Pemberian makanan enteral lebih awal setelah trauma dapat mencegah atropi mukosa dan mengurangi komplikasi.

Daftar Pustaka

Horne, Mima M. (2000). Keseimbangan Cairan, elektrolit, dan Asam Basa. Jakart: Buku Kedokteran. EGC
Potter, Patricia A & Perry, Anne G. Buku Ajar: Fumdamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Ed. 4 Vol. 2; Terj. Renata Komalasari. Jakarta: EGC, 2006.
Smeltzer, S.C & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 2; Terj. Agung Waluyo. Jakarta: EGC, 2002.

Selasa malam

Aaaggghhhhh....
mumet mumet mumet...
mabok..mabok..mabok...
ngk ngerti lagi gue sama matkul yang satu inu (MK)...jadwal ngk jelas...tugas baru tadi dibagi, dan malam ini harus selesai LTM, makalh dan siap untuk presentasi besok..materi susah gw capek..ngantuk dan bla.bla..bla..TAPI...ini sudah kewajiban gw sebagai mahasiswa..kalo mengeluh, mengeluh dan mengeluh semua ngk akan selesai..huuuuuuuft